Oleh
: Irvanuddin
Disampaikan dalam kegiatan perkuliahan
Mata Kuliah “Ilmu Tauhid”
Tanggal 21 Desember 2011, Universitas
Al-Washliyah (UNIVA) Medan
1. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Syi`ah merupakan aliran teologi Islam yang namanya sampai saat ini masih
tetap eksis di dalam kajian teologi Islam, dan penganutnya pun cukup banyak dan
tersebar di berbagai belahan dunia, berbeda dengan aliran-aliran lain yang
telah musnah, seperti Khawarij, Murjiah, Qadariyyah dan lain sebagainya.
Arti dari Syi`ah itu sendiri di dalam bahasa Arab adalah pengikut, Syiah
Ali berarti –menurut bahasa Arab- “Pengikut Ali”. Tetapi arti kaum “kaum Syiah”
menurut istilah yang dipakai dalam lingkungan ummat Islam adalah kaum yang
beritikad bahwa saidina Ali Karamalluhu wajhah adalah orang yang yang berhak
menjadi khalifah pengganti Nabi, karena Nabi berwasiat bahwa pengganti beliau
sesudah wafat adalah saidina Ali.
Kelanjutan dari i`tikad ini maka khalifah-khalifah pertama, kedua, dan
ketiga yaitu Abu Bakar, Umar, dan Usman adalah Khalifah yang tidak sah,
perampok-perampok yang berdosa, karena mengambil pangkat khalifah tanpa hak
dari sayidina `Ali. ”Bahkan syi’ah menjelek-jelekan sahabat terdahulu seperti
yang dikatakan Al-Alamah Muhammad Al-Baqir Al Majlisi menyebutkan dalam bahasa
persia yang artinya Abu Bakar dan Umar adalahh fir’aun dan Hamman”[1].
B.
Rumusan Dan
Batasan Masalah
Pada masa khalifah Abu Bakar R.a (11-13 H), begitu juga pada zaman Khalifah
Usman bin `Affan (13-23 H) gerakan dan faham Syi`ah tidak ada, karena zaman itu
zaman yang paling dekat dengan zaman Rasulullah Saw, orang-orangnya adalah
sahabat-sahabat Nabi yang berilmu dan tidak mudah dikutak-katik oleh faham
sesat. Para sahabat terkemuka dan jumhur ummat Islam tidak menerima faham
Syi`ah ini, apalagi faham yang akan menentang Sayidina Abu Bakar Shidiq dan
Sayidina Umar.
Mereka berpendapat bahwa pengangkatan khalifah Abu Bakar dan Umar, dan
Usman adalah sah, dan Nabi Muhammad tidak berwasiat tentang siapa yang akan
mengganti beliau. Mereka berpendapat bahwa pengangkatan cara syura pada
pertemuan Saqifah bani Sa`idah adalah sesuai dengan tuntunan Islam.
Ketika khalifah Umar digantikan oleh Usman, (25-35 H), Usman tidak hanya
sibuk mengatur Negara dan pemerintahan, tapi beliau sibuk mengumpul ayat-ayat
suci, sampai berhasil menjadikan Alquran dalam satu mashaf yang sampai sekarang
dinamakan dengan mashaf Usmani. Kemudian Pada lima tahun menjelang akhir
pemerintahan Usman, faham syiah mulai muncul dan sedikit mendapat pasaran juga.
Maka berkobar-kobarlah faham anti Usman dan anti khalifah-khalifah yang dulu.
Mereka mengatakan bahwa yang berhak menjadi khalifah sesudah wafatnya
Rasulullah adalah Sayidina Ali. Khalifah Abu Bakar, Umar, dan Usman telah
merampas hak Khalifah yang sah.
Adapun batasan masalah dalam penulisan makalah ini antara lain sbagai
berikut:
1. Makalah ini membahas
sejarah singkat berdirinya syiah.
2. Makalah ini membahas
sejarah singkat Syiah As-Saba’iyah dan Syiah Ghulat.
3. Makalah ini membahas
tentang doktrin-doktrin Syiah As-Saba’iyah dan Syiah Ghulat.
4. Makalah ini membahas
tentang pokok-pokok ajaran syiah.
C. Tujuan penulisan
Dalam penulisan makalah ini, tentunya pemakalah mempunyai tujuan antara lain:
1. Pemakalah ingin mengetahui
sejarah awal mula berdirinya syiah beserta golonganya.
2. Pemakalah ingin mengetahui
doktrin-doktrin apa saja yang diterapkan oleh syiah atau golonganya, sehingga
kaum syiah berani berbuat sangat ekstrim terhadap para sahabat sebelum Sayidina
Ali.
3. Pemakalah ingin mengetahui
pokok-pokok ajaran yang diterapkan oleh kaum syiah.
4. Makalah ini untuk memenuhi
tugas mata kuliah ”Ilmu Tauhid”.
2. PEMBAHASAN
A. Sejarah Singkat Berdirinya
Syiah
Secara fisik,
sulit dibedakan antara penganut Islam dengan Syi’ah. Akan tetapi jika diteliti
lebih dalam terutama dari sisi akidah, perbedaan di antara keduanya ibarat
minyak dan air. Sehingga tidak mungkin disatukan..
Syiah menurut etimologi
bahasa arab bermakna pembela dan pengikut seseorang, selain itu juga bermakna
setiap kaum yang berkumpul diatas suatu perkara. (Tahdzibul Lughah, 3/61
karya Azhari danTaajul Arus, 5/405, karya Az-Zabidi)
Adapun menurut
terminologi syariat, syiah bermakna mereka yang menyatakan bahwa Ali bin Abu
Thalib lebih utama dari seluruh
sahabat dan lebih berhak untuk menjadi khalifah kaum muslimin, begitu pula
sepeninggal beliau (Al-Fishal Fil Milali Wal Ahwa Wan Nihal karya
Ibnu Hazm)
Syiah mulai
muncul setelah pembunuhan khalifah Utsman bin ‘Affan. Pada masa kekhalifahan Abu
Bakar, Umar, masa-masa awal kekhalifahan Utsman yaitu pada masa tahun-tahun
awal jabatannya, Umat islam bersatu, tidak ada perselisihan. Kemudian pada
akhir kekhalifahan Utsman terjadilah berbagai peristiwa yang mengakibatkan
timbulnya perpecahana, muncullah kelompok pembuat fitnah dan kezhaliman, mereka
membunuh Utsman, sehingga setelah itu umat islam pun berpecah-belah.
Pada masa
kekhalifahan Ali juga muncul golongan syiah akan tetapi mereka menyembunyikan
pemahaman mereka, mereka tidak menampakkannya kepada Ali dan para pengikutnya.
”Selain golongan-golongan yang ada dalam islam, dalam tubuh syi’ah sendiri
terdapat beberapa golongan, yaitu : Syi’ah Almukhlasin, Syi’ah
Tafdliliyah, Syi’ah As-Saba’iyah, Syi’ah Ghulat”[2].
1. Syi’ah Almukhlasin
Yaitu sekolompok syi’ah yang pada waktu Ali bin Abi Thalaib RA menjadi
khalifah sudah ada. Mereka terdiri dari Muhajirin dan Anshar yang mendukung Ali
bin Abi Thalib sebagai khalifah. Mereka tidak mengkafirkan, mencaci, menghina
dan membenci shahabat, mereka juga berpegang teguh dengan ajaran Allah dan
rasulnya.
2.
Syi’ah Tafdliliyah
Adalah kelompok yang sepenuhnya mendukung Khalifa Ali bin Abi Thalaib
sebagai khlifah, melebihi sahabat lainnya. Mereka mengkafirkan, mencaci,
menghina dan membenci sahabat Nabi SAW. Seperti Umar dan Utsman Bin Affan.
3.
Syi’ah As-Saba’iyah
Kelompok Syi’ah ini disebut juga syi’ah at-Tabriyah. Syi’ah inilah
mengkafirkan, mencaci, menghina dan membenci shahabat nabi SAW. Seperti Umar
dan Utsman Bin Affan. Mereka berlebihan memuji, membela dan menganggap Ali Bin
Abi Thalib Adalah nabi dan bahkan ada yang menganggap Ali adalah Tuhan, seperti
Abdullah bi Saba’ yahudi teluen yang membidani berdirinya kelompok syi’ah
Saba’iyah.
4. Syi’ah Ghulat
Adalah kelompok syiah yang secara jelas mengatakan Ali bin Abi Thalib
adalah Tuhan, bahkan al Jahd mengatakan ruh Allah adalah ruh Ali bin Abi
Thalib.
B. Sejarah Syi’ah
As-Saba’iyah
Abdullah bin Saba adalah seorang pendeta Yahudi dari Yaman yang kemudian
masuk Islam, sesudah masuk Islam ia lantas ke Madinah pada Akhir-akhir tahun
kekuasaan khalifah Usman, yaitu sekitar tahun 30 H. Abdullah bin Saba kebetulan
tidak mendapat penghargaan dari khalifah Usman dan orang-orang besar di Madinah
sebagaimana harapannya. Pada mulanya, ia menyangka bahwa kalau ia datang ke Madinah
ia akan disambut dengan kebesaran sebab ia adalah pendeta Yahudi Yaman yang
kemudian masuk Islam. Harapan tersebut meleset, dan tentunya ia merasa kesal
dan jengkel. Sebagian ahli sejarah mengatakan bahwa masuknya Abdullah bin Saba
ke dalam agama Islam adalah dengan tujuan untuk mengacaukan Islam dari dalam,
karena mereka tidak sanggup mengacaukan Islam dari luar.
Pada mulanya ia benci kepada khalifah Usman karena beliau tidak mau
menyambutnya. Ia membangkitkan gerakan anti Sayidina Usman dan berusaha
meruntuhkannya dan menggantikannya dengan Sayidina Ali. Usaha Abdullah bin Saba
ini mendapat pasaran di kota-kota besar Ummat Islam ketika itu, seperti
Madinah, Mesir, Kufah, Basrah dan lain-lain, karena kebetulan Orang-orang sudah
banyak pula yang tidak sesuai dengan Pola kepemimpinan Sayidina Usman, Karena
beliau menghilangkan cincin stempel Nabi Muhammad Saw, dan juga beliau banyak
mengangkat orang-orang dari suku beliau ”orang-orang Bani Umayyah” menjadi
pengusaha-pengusaha daerah.
Demi untuk menjatuhkan dan mengalahkan Sayidina Usman, Abdullah bin Saba
pergi ke Mesir, Kufah, Basrah, Damsyik dan kota-kota lain untuk membuat
propaganda tentang keagungan Sayidina Ali. Abdullah bin Saba sangat
berlebih-lebihan dalam mengagungkan Sayidina Ali dan sangat berani membuat
hadits-hadits palsu yang bertujuan mengagungkan Sayidina Ali dan merendahkan Sayidina
Usman, Umar dan Abu Bakar.
Ketika Usman berhasil dibunuh oleh kaum pemberontak, maka para pemberontak
dan begitupun yang bukan pemberontak sepakat untuk mengangkat Ali sebagai
pengganti Usman. Bagi kaun Syi`ah, Sayidina Ali adalah Khalifah yang pertama
karena mereka tidak mengakui Khalifah-khalifah sebelumnya, yaitu Abu Bakar,
Umar dan Usman. Kaum Syi`ah sangat mengagung-agngkan Sayidina Ali, seperti mengatakan
bahwa Sayidina Ali adalah Imam yang mendapat wahyu dari Tuhan, Imam yang
berpangkat kenabian dan bahkan ada sebagian dari mereka yang mengatakan bahwa
Sayidina Ali adalah Nabi yang ditunjuk oleh Tuhan tetapi karena kesalahan
Jibril akhirnya Muhammad-lah yang kemudian diangkat menjadi Nabi dan Rasul.
C. Doktrin-Doktrin Syi’ah
Saba’iyah
Syi’ah saba’iyah memiliki doktrin-doktrin yang yang diajarkan kepada
pengikutnya. Para pengikut syi’ah saba’iyah percaya bahwa Islam dibangun oleh
tujuh pilar seperti yang dijelaskan Al-Qahdhi An-Nu’man dalam Da’aim Al-Islam.
Tujuh pilar tersebut adalah iman, thaharah, salat, zakat, saum, haji dan jihad.
Dalam pandangan kelompok syi’ah saba’iyah keimanan hanya dapat diterima
bila hanya sesuai dengan keyakinan mereka, yakni melalui Walayah (kesetiaan)
kepada imam zaman. Imam adalah seorang yang menuntun umatnya kepada
pengetahuan.
Menurut mereka manusia melalui kehidupan itu kecuali denganbimbingan, yang
meliputi kepemimpinan dan pembaharuan kehidupan, pengetahun dan aturan-aturan
dan bimbingan pemerintahan yang berdasarkan islam. Dalam hal ini imam lah yang
akan memberikan itu semua. Pribadi yang dapat melakukan bimbingan seprti itu
adalah pribadi yanag ditunjuk Allah dan Rasul Nya dan rasul pun menunjukan atas
perintah Allah, imam adalah penunjukan melalui wasiat.
Syarat-syarat seorang imam dalam pandangan Syi’ah Saba’iyah adalah sebagai
berikut:
1. ”Imam harus berasal dari
keturunan Ali melalui perkawinannya dengan Fatimah yang kemudian dikenal
dengan Ahlul Bait”[3].
2. Berbeda dengan
aliran Kaisaniyah,” Pengikut mukhtar Ats-tsawafi,
mempropagandakan bahwa keimaman harus dari keturunan Ali melalui pernikahan
dengan seorang wanita dari bani Hanifah dan mempunyai anak yang bernama
Muhammad bin Al-Hanifah”[4].
3. ”Imam harus berdasarkan
penunjukan atau nas”[5].
Syi’ah Saba’iyah meyakini setelah nabi wafat, Ali menjadi imam
berdasarkan penunjukan khusus yang dilakukan nabi sebelum beliau wafat. Suksesi keimaman sebelum beliau wafat. Suksesi keimaman menurut faham ini
harus berdasarkan nas atau penunjukan imam terdahulu.
5. Imam Harus Maksum (terjaga
dari perbuatan dosa)
6. Imam harus dijabat oleh orang
yang paling baik (Best of Man). Dalam hal ini ucapan dan perbuatan imam
tidak diperbolehkan bertentangan dengan syari’at sifat dankekuasaan imam hampir
sama dengan nabi hanya perbedaannya nabi memperoleh wahyu sedangkan imam tidak.
D.
Sejarah Syi’ah
Ghulat
Istilah ghulat berasal dari kata Ghala-yaghlu-Ghuluw artinya
Bertambah dan naik. Ghala bi Ad-Din Artinya memperkuat dan menjadi Ekstrim
sehingga melampaui batas. Syi’ah Ghulat adalah kelompok pendukung ali yang
memiliki sifat berlebih-lebihan atau ekstrim. Ada juga yang memberikan
pengertian Syi’ah ghulat adalah golongan yang menganggap atau menempatkan Ali
pada derajat ketuhanan dan ada yang menempatkan pada derajat
kenabian bahka lebih tinggi daripada Muhamamd.
Gelar ekstrim
yang diberikan kepada kelompok ini berkaiatan dengan pendapatnya yang janggal,
yakni ada beberapa orang yang dianggap khusus dianggap tuhan dan ada juga
beberapa orang dianggap rasul setelah Nabi Muhammad.
E.
Doktrin-Doktrin Syi’ah Ghulat
Menurut
Syahratani ada empat doktrin yang disebarkan oleh syi’ah ghulat yang
membuat mereka manjadi
ekstrim, yaitu Tanasukh, Bada’, Raj’ah, Tasbih.. Moojam Momen
manambahkan dengan ghulul dan Ghayba.
1.
Tanasukh adalah keluarnya roh
dari satu jasad dan mengambil dari jasad yang lain. Golongan ini berpendapat
bahwa roh-roh yang ada pada jasad imam mereka adalah turunan dari roh Allah.
2.
Bada’ Adalah keyakinan bahwa Allah
Mengubah kehendaknya sejalan dengan perubahan keilmuan Serta dapat
memerintahkan suatu perbuatan kemudian memerintahkan sebaliknya.
3.
Raj’ah adalah Golongan yang
mempercayai bahwa Imam Mahdi Al-Muntazhar akan datang kebumi. Namun mereka
berbeda pendapat siapakah yang akan kembali, sebagian mengatakan yang akan
kembali kebumi adalah Ali dan ada yang mengatakan Ja’far bin Shadiq, dan ada
yang mengatakan Muhammad bin Hanafiah, bahkan Mukhtar Ast-Tsaqofi.
4.
Tasbih, artinya menyerupakan,
mempersamakan. Syi’ah Ghula telah menyerupakan imam mereka dengan tuhan atau
menyerupakan Tuhan.
5.
Ghulul, Artinya tuhan berapa pada setiap tempat,
berbicara dengan semua bahasa, dan ada pada setiap induvidu
manusia. Hulul bagi Syo’ah Ghulat berarti tuhan menjelma dalam diri imam
sehingga imam harus disembah.
6.
Ghayba, Artinya menghilangkan
Imam Mahdi. Ghayba merupakan kepercayaan bahwa imam mahdi itu ada di dalam
negeri ini tan tidak dapat dilihat oleh mata biasa.
F.
Pokok-Pokok Ajaran Syiah
Seperti halnya Firqah-firqah lain, Syiah pun mempunyai beberapa
ajaran-ajaran pokoknya, diantaraya adalah:
1. Syi`ah meyakini bahwa Nabi
Muhammad Saw, atas perintah Allah telah menunjuk dan mengangkat Ali sebagai
Khalifah sesudanya, ia lakukan berkali-kali dan dalam berbagai kesempatan yang
berbeda. Di Ghadir Khum, dekat dengan Juhfah misalnya, Nabi membacakan
Khutbahnya yang sangat popular di depan para sahabatnya sepulang dari
menunaikan ibadah haji. Nabi bersabda:Wahai Orang-orang yang beriman!bukankah
diriku lebih utama dari kalian?mereka berkata:Betul! Nabi melanjutkan: barang
siapa yang aku adalah pemimpinnya, maka Ali adalah pemimpinnya.Mereka mengutuk
Abu Bakar, Umar dan Usman, karena ketiganya telah merampas hak Ali.
2. Kaum syiah meyakini bahwa
suatu saat nanti Imam mereka akan kembali lagi untuk menegakkan keadilan di
dunia ini.
3. Menurut mereka, percaya
dan iman kepada Imam merupakan rukun Iman.
”Bahkan dari mereka berpendapat tentang imam yang mereka anut adalah
sebagai berikut”[7]:
a.
Para imam bebas menentukan halal dan haram
“Dalam hal ini yang dijadikan dasar adalah pendapat Al-Alamah al-Qazwaini
menegaskan bahwa yang diberi hak untuk menentukan mana yang halal dan yang
haram adalah nabi muhammad, Ali dan Fatimah serta imam keturunannya”[8].
b.
Para imam memiliki sifat maksum, sepertinya halnya para nabi
Para imam di sucikan dari dosa dan dibeersihkan dari kejelekan-kejelekan. Dia adalah maksum,
mendapat petunjuk dan bimbingan. Dia terbebas dari kesalahan dan kekeliruan.[14]
c.
Yang membedakan antara imam dan manusia biasa
Menurut syi’ah yang membedakan antara imam dan manusia biasa Ditandai dengann 8 tanda sebagai
berikut:
Ø Dia dilahirkan dalam
keadan suci dan berkhitan
Ø
Apabila ia menyentuh bumi maka ia bertumpu pada kedua telapak tangan sambil
mengucapkan dua kalimah syahadat.
Ø
Dia tidak junub
Ø
Kedua matanya tertidur sedangkan hatinya hatinya tidak
Ø
Dia tidak pernah menguap dan tidak mengeluarkan ingus
Ø
Dia bisa melihat dari belakang seperti melihat dari muka
Ø
Angin yang keluar dari perutnya berbau seperti kasturi dan bumi disuruh
menutupi dan menelannya,
Ø Apabila memakai baju besi
rasulullah, ukurannya tepat tapi kalau dipakai orang lain baik tinggi ataupun
pendek ukurannya selalu lebih sejengkal.
3. PENUTUP
Syiah menurut etimologi bahasa arab bermakna pembela dan pengikut
seseorang, selain itu juga bermakna setiap kaum yang berkumpul diatas suatu
perkara. (Tahdzibul Lughah, 3/61 karya Azhari danTaajul Arus,
5/405, karya Az-Zabidi)
Adapun menurut terminologi syariat, syiah bermakna mereka yang menyatakan
bahwa Ali bin Abu Thalib lebih utama dari seluruh sahabat dan lebih berhak
untuk menjadi khalifah kaum muslimin, begitu pula sepeninggal beliau (Al-Fishal
Fil Milali Wal Ahwa Wan Nihal karya Ibnu Hazm)
Syiah mulai
muncul setelah pembunuhan khalifah Utsman bin ‘Affan. Pada masa kekhalifahan
Abu Bakar, Umar, masa-masa awal kekhalifahan Utsman yaitu pada masa tahun-tahun
awal jabatannya, Umat islam bersatu, tidak ada perselisihan. Kemudian pada
akhir kekhalifahan Utsman terjadilah berbagai peristiwa yang mengakibatkan
timbulnya perpecahana, muncullah kelompok pembuat fitnah dan kezhaliman, mereka
membunuh Utsman, sehingga setelah itu umat islam pun berpecah-belah.
Dalam golongan Syi’ah terdapat beberapa golongan, yaitu
1.
Syi’ah Almukhlasin
2.
Syi’ah Tafdliliyah
3.
Syi’ah As-Saba’iyah
4.
Syi’ah Ghulat
Golongan-golongan syi’ah mempunyai ajaran, antara lain sebagai berikut :
1.
Syi`ah meyakini bahwa Nabi Muhammad Saw, atas perintah Allah telah menunjuk
dan mengangkat Ali sebagai Khalifah sesudanya, ia lakukan berkali-kali dan
dalam berbagai kesempatan yang berbeda
- Kaum syiah meyakini
bahwa suatu saat nanti Imam mereka akan kembali lagi untuk menegakkan
keadilan di dunia ini Menurut mereka,
- Percaya dan iman
kepada Imam merupakan rukun Iman.
Dalam pandangan kelompok syi’ah saba’iyah keimanan hanya dapat diterima
bila hanya sesuai dengan keyakinan mereka, yakni melalui Walayah (kesetiaan)
kepada imam zaman. Imam adalah seorang yang menuntun umatnya kepada
pengetahuan.
Menurut Syahratani ada empat doktrin yang disebarkan oleh syi’ah ghulat
yang membuat mereka manjadi ekstrim, yaitu Tanasukh, Bada’,
Raj’ah, Tasbih.. Moojam Momen manambahkan dengan ghulul
dan Ghayba.
4.
Daftar pustaka
Ø Syeikh
Muhammad Abdul Sattar at-Tunsawi, ”Membongkar Kesesatan Syiah”,Bandung,
Badan Anggota IKAPI.
Ø KH.
Sufyan Raji Abdullah, “Mengenal Aliran-Aliran dalam Islam dan Ciri-Ciri
Ajarannya”, Jakarta,: Pustaka Al-RiyadH.
Ø W.
Montgomeri Subhi, “Islamic Politikal Thougt”, Edinburg
University pers, Edimbung, 1968.
Ø Muhammad
Abu Zahrah, Aliran Politik dan Aqidah dalam Islam, teerj. Abd. Rohman Dahlan
dan Ahmad Qorib, Jakarta, Logos, 1996.
Ø Moojan
Momen, “An Introduction to Shi’i Islam”, Yale University Pers,
London, 1985.
Ø Hasan
Ibrahim Hasan, Tarikh Al-Islam, Mesir, An-Nahdlah, 1976.
Ø Muhammad
Thalib, “Syi’ah Menguak Tabir Kesesatan dan Penghinaannya Terhadap
Islam”, Yoyakarta: El-Qossam.
Ø As-Shafi
fi Syarhi Ushulul Kahfi, jus 3.
[1] Syeikh Muhammad Abdul Sattar at-Tunsawi, ”Membongkar
Kesesatan Syiah”,Bandung, Badan Anggota IKAPI, hal 74.
[2] KH. Sufyan Raji Abdullah, “Mengenal
Aliran-Aliran dalam Islam dan Ciri-Ciri Ajarannya”, Jakarta,: Pustaka
Al-Riyadh hal 79.
[3] W. Montgomeri Subhi, “Islamic
Politikal Thougt”, Edinburg University pers, Edimbung, 1968 hal 43.
[4] Muhammad Abu Zahrah, Aliran Politik
dan Aqidah dalam Islam, teerj. Abd. Rohman Dahlan dan Ahmad Qorib, Jakarta,
Logos, 1996 hal 37.
[7] Muhammad Thalib, “Syi’ah
Menguak Tabir Kesesatan dan Penghinaannya Terhadap Islam”, Yoyakarta:
El-Qossam, hal 48.
[8]
As-Shafi fi Syarhi Ushulul Kahfi,
jus 3 hal 149.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar