Tinggalkan Komentar Anda

Terimakasih Sudah Berkunjung Di Kumpulan Makalah Praktis
Mohon Kritik Dan Saran yang Sifatnya Membangun, Untuk Perbaikan Tulisan Kumpulan Makalah Praktis
Cantumkan Link/alamat Web Anda Jika Ingin DiCopas
Berkomentarlah Yang Sopan dan santun
Terimakasih

Sabtu, 31 Maret 2012

Pembaharuan Sultan Mahmud II


Oleh : Irvanuddin
Disampaikan Pada Kegiatan Perkuliahan
Mata Kuliah “PPMDI”
Tanggal 19 Maret 2012, Universitas Al-Washliyah (UNIVA) Medan



A.    Sejarah Singkat Sultan Mahmud II
Sultan Mahmud II lahir pada 20 Juli 1785 Masehi di Istana Topkapi, Konstantinopel. Ia adalah anak dari Abdul Hamid I dan sepupu penguasa Selim Reformasi III. Ibunya adalah Valide Sultan Naksh-i-Dil Haseki (dia adalah sepupu dari istri Napoleon Josephine). Pemerintahannya dicatat sebagian besar untuk reformasi administratif, militer dan yang memuncak dalam Keputusan Tanzhimat (Reorganisasi) yang dilakukan oleh anak anaknya Abdülmecid I dan Abdulaziz I.
“Sultan Mahmud II diangkat menjadi sultan pada 28 Juli 1808 menggantikan Mustafa IV”[1]. Pada awal pemerintahan Sultan Mahmud II kerajaan Usmaniyah masih berada dalam keadaan yang tidak stabil karena diancam oleh peperangan dengan Rusia serta tantangan dari wilayah-wilayah yang mencoba mendapatkan kuasa otonomi. Walaupun peperangan dengan Rusia berakhir pada tahun 1812 dalam Perjanjian Bucharest, tetapi gerakan otonomi wilayah di Eropa masih belum dapat dipadamkan. Hal ini mendorong Sultan Mahmud II untuk melaksanakan program pembaharuannya. Sultan Mahmud II meneruskan pembaharuan ala Barat yang dimulakan oleh Sultan Salim III. Akan tetapi beliau tidak tergesa-gesa memperkenalkannya karena menyadari adanya tantangan yang kuat dari tentera Inkishariyah yang mempunyai hubungan yang erat dengan tarekat Bektashi yang berpengaruh dalam masyarakat dan dari kalangan ulama yang memegang kuat tradisi umat Islam. Beliau akhirnya menggunakan taktik tunggu dan lihat.

B.     Pokok Pembaharuan Sultan Mahmud II
Terdapat beberapa faktor yang akhirnya mendorong Sultan Mahmud II untuk memperkenalkan usaha pembaharuan ini. Diantarannya ialah kelemahan sistem ketenteraan Uthmaniyah semakin jelas dan terbukti apabila berhadapan dengan kuasa Eropa dan Rusia di medan peperangan. Kekalahan menghadapi Perancis di Mesir masih menghantui pemikiran dan perasaan pemerintah dan juga rakyat. Mereka berasa bimbang, peristiwa seperti ini mungkin akan berulang lagi. Tambahan pula kurangnya disiplin dan moral di kalangan tentara Inkishariyah. Sebagian daripada mereka ingkar untuk menjalankan operasi dan sebagian yang lain pula pada mulanya patuh dengan arahan, tetapi kemudian ingkar dan meninggalkan medan peperangan. Di samping itu juga, mereka juga menjadi pemimpin yang mempengaruhi masyarakat menentang pemerintah. “Apabila tentera Inkishariyah gagal dalam menangani pemberontakan Greek pada tahun 1821 M, Sultan Mahmud bertekad untuk memulai program pembaharuannya”[2].
Sultan Mahmud II melihat bahwa tentara Mesir di bawah pimpinan Muhammad Ali Pasha jauh lebih teratur karena tentara Mesir mendapat latihan dari bekas pegawai Perancis seperti Kolonel Seve (Sulaiman Pasha al- Faransawi). Ketika tentara Mesir dikirimkan untuk menundukkan Greek, mereka berjaya, begitu juga mereka telah membuktikan sebelumnya yang mereka berjaya mengalahkan gerakan Wahhabi di Arabia. Susunan tentera baru inilah yang membawa kepada kemenangan. Ini menguatkan semangat Sultan Mahmud II untuk merubah susunan tentera Uthmaniyah.
Oleh itu sejak tahun 1822 M, beliau memulai inisiatif ke arah perubahan dalam struktur ketentaraan. Tindakan pertama Sultan Mahmud II yaitu dengan menguasai tentera Inkishariyah dan ulama. Beliau telah meletakkan pendukungnya untuk mengisi jabatab-jabatan penting dalam institusi keagamaan seperti Shaykh al-Islam, kadi askar dan kadi Istanbul. Beliau juga melantik pendukung-pendukungnya sebagai pegawai tinggi tentara. Setelah jabatan penting dalam kedua-dua institusi ini disandang oleh pendukungnya, pada tahun 1826 M Sultan Mahmud II memulai program pembaharuannya. Dengan bantuan sukarelawan dari Anatolia, Sultan Mahmud II membuat satu angkatan tentara baru yang diberi gelar “Muallem Eshkinji” (laskar yang terlatih). Jurulatih-jurulatih tentara baru ini dipercayakan kepada Muhammad Ali dari Mesir.
Walau bagaimanapun beliau masih berhati-hati dalam melaksanakan pembaharuanya. Ketika mengumumkan pembubaran tentera Inkishariyah dan memperkenalkan tentara baru, beliau menunjuk tentara baru ini sebagai tentara yang terlatih dan mampu mengatasi tentara kafir Eropa.
Beliau juga berhati-hati dalam pengumumanya supaya tentara baru ini tidak dikaitkan dengan tentera Nizam-i-Jadid yang diperkenalkan oleh Sultan Salim III dahulu, dan dengan itu beliau terlepas daripada tuduhan tidak Islamik. Bahkan beliau melantik pegawai pelatih terdiri daripada orang Muslim saja. Ulama juga ditugaskan dalam tentara untuk mengimamkan sembahyang dan juga sebagai pegawai agama tentara. Lebih daripada itu fatwa telah dikeluarkan dengan pengumuman pembaharuan ini. Dengan perancangan tersebut, Sultan Mahmud II berada dalam keadaan bersiap sedia dalam menghadapi resiko tantangan dari Inkishariyah (Abdul Rauh Yaccob, 1994:89).
Seperti yang diprediksi, pembentukan tentara baru ini mendapat tantangan dari Inkishariyah. Sebelum pertunjukan perbarisan tentera baru ini dilakukan di ibu kota Istanbul, Inkishariyah menuntut supaya kerajaan membubaarkan pasukan tentara baru ini. Tetapi Mahmud II sudah bersiap sedia dan dengan persetujuan ulama, beliau mengumumkan perang dan mengepung pasukan Inkishariyah. Akhirnya berlaku pertumpahan darah dan lebih kurang 1,000 orang tentera Inkishariyah terbunuh, harta-benda, rumah kediaman dan masjid turut musnah. Tarekat Bektashi yang mempunyai banyak anggota dari kalangan Inkishariyah dibubarkan dan Inkishariyah dibubarkan. Dengan kehilangan tentara ini, kekuatan ulama yang anti pembaharuan mulai lemah, maka usaha pembaharuan dalam kerajaan Uthmaniyah abad ke-19 berjalan dengan lancar.
Di samping aspek ketentaraan, perubahan penting yang dilakukan oleh Sultan Mahmud II dan akhirnya membawa pengaruh besar dalam perkembangan pembaharuan kerajaan Uthmaniyah yaitu dalam bidang pendidikan. Madrasah merupakan satu-satunya institusi pendidikan umum yang penting waktu itu dan hanya diajarkan pengetahuan agama.
Sultan Mahmud II berpendapat bahwa sistem pendidikan seperti ini tidak lagi mampu untuk menangani permasalahan pada abad ke-19. Oleh sebab itu, perubahan dalam kurikulum madrasah perlu dilakukan dengan memasukkan pengetahuan umum tetapi ia masih menghadapi kesukaran. Sistem madrasah tradisional akhirnya dikekalkan tetapi Sultan Mahmud II telah membuat sekolah baru yaitu Maktab-i-maarif (sekolah pengetahuan umum) dan Maktab-i-Ulum Edenji (sekolah sastera). Di kedua-dua sekolah ini diajarkan bahasa Perancis, geografi, sejarah dan ilmu politik serta bahasa Arab. Sekolah pengetahuan umum mendidik siswa untuk menjadi pegawai, ketika sekolah sastera menyediakan penterjemah- penterjemah untuk keperluan pemerintahan. Sultan Mahmud II juga mendirikan sekolah tentara, sekolah teknik, sekolah kedoktoran dan pembedahan. “Sultan Mahmud II juga mengirim pelajar-pelajar ke Eropa dengan tujuan setelah selesai mereka akan kembali sebagai agen pembaharuan”[3]. Hasilnya munculah buku-buku terjemahan dari peradaban moden Barat. Pada tahun 1831 M, Sultan Mahmud II mengeluarkan surat kabar resmi yaitu Takvim-i Vekayi tiga tahun setelah terbitnya kabar resmi Mesir, al-Waqa’i al- Misriyah (1828). Surat kabar tidak hanya memuatkan berita dan pengumuman resmi pemerintah, tetapi juga memuatkan aktiviti-aktiviti mengenai gagasan progresif di Eropa. Oleh karena itu, “surat kabar ini mempunyai pengaruh besar dalam memperkenalkan ide- ide modern kepada masyarakat disamping terjemahan buku-buku Perancis ke bahasa Turki”[4].


C.    Analisis
Dalam analisis ini, sesuai dengan pokok pemikiran pembaharuan sultan Mahmud II yang mana beliau telah berhasil merubah strukturalisasi ketentaraan dan merubah kurikulum madrasah atau lembaga pendidikan. Penulis dapat memberikan analisa atau argument sebagai berikut:
Pertama, pembaharun yang dilakukan oleh Sultan Mahmud II dalam bidang kemiliteran sangat bagus dan tepat. Dengan adanya pasukan militer yang kuat, kita tidak akan mudah untuk dilawan oleh bangsa lain. Militer merupakan komponen yang sangat penting dalam mempertahankan sebuah daulat atau Negara. Jika pembaharuan yang dilakukan Sultan Mahmud II tersebut diterapkan di Negera kita ini (Indonesia) kemungkinan besar negeri ini akan menjadi Negara yang sangat kuat dalam bidang kemiliteranya. Sehingga Indonesia menjadi Negera yang  akan disegani oleh Negara  atau bangsa lain. Indonesia akan menjadi macan dunia yang tidak bisa dianggap remeh oleh bangsa lain dan mampu mempertahanakan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Kedua, pembaharuan yang dilakukan oleh Sultan Mahmud II dalam bidang pendidikan memang sangat  cocok dan tepat untuk dilakukan. Mengapa demikian?
Karena dengan pembaharuan yang dilakukan dalam dunia pendidikan khususnya bidang kurikulum memang sangat urgen atau penting. Dengan perubahan kurikulum yang bersifat tradisional kekurikulum yang bersifat modern akan memberikan warna yang berbeda. Sehingga umat islam tidak akan mengalami stagnasi pendidikan, yang mana umat islam akan mampu bersaing dengan oran-orang non muslim. Bagaimana pemikiran Sultan Mahmud II dalam bidang pendidikan ini jika diterapkan dalam sistem pendidikan yang ada di Indosesia?, tentunya sangat tepat dan cocok. Dengan adanya pembaharuan kurikulum yang ada di Indonesia saat ini merupakan wujud nyata dari pembaharuan yang dilakukan oleh Sultan Mahmud II. Dan terlihat hasilnya, banyak anak-anak bangsa yang mampu bersaing dalam berbagai perlombaan olimpiade tingkat Internasional. Dan yang terpenting adalah jangan sampai meninggalkan pelajaran-pelajaran agama. Kita harus mampu menyeimbangkan antara pelajaran agama dan pelajaran umum. Dan menurut penulis kedua-duanya sangat penting dan belajarlah selagi anda bisa.

D.    Kesimpulan
Dalam penulisan makalah ini, penulis mempunyai beberapa kesimpulan antara lain:
Ø  Pembaharuan yang dilakukan oleh Sultan Mahmud II merupakan awal perubahan umat islam dalam bidang kemiliteran atau ketentaraan yang patut dicontoh oleh kita (Bangsa Indonesia).
Ø  Pembaharuan yang dilakukan oleh Sultan Mahmud II dalam bidang pendidikan, yang mana beliau merubah sistem kurikulum dari sistem tradisional ke kurikulum modern merupakan suatu pembelajaran untuk kita. Yang mana kita harus mampu menerapkan sistem pendidikan tersebut dalam dunia pendidikan yang ada di Indonesia.
Ø  Kemiliteran dan pendidikan merupakan komponen yang sangat penting dalam sutau Negara atau bangsa. Dengan kuatnya meliter suatu Negara atau bangsa, maka negara tersebut akan disegani oleh Negara atau bangsa lain. Dengan pendidikan yang berkualitas, suatu Negara tidak akan dianggap remeh oleh negara atau bangsa lain. Begitu juga dengan indosesia. Dengan adanya pasukan militer yang kuat dan rakyatnya yang berprestasi di ajang internasional, maka Indosesia tidak akan dipandang sebelah mata oleh Negara atau bangsa lain.

E.     Daftar Pustaka
Ø  Yusran Asmuni. “PengantarStudi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia Islam”, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. 1998.
Ø  Muhammad Al-Bahy. “Pemikiran Islam Modern”.  Jakarta : Pustaka Panjimas. 1986.
Ø  Harun Nasution. “Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan”. Jakarta : PT. Bulan Bintang. 1996.
Ø  http://www.scribd.com/doc/11578352/Dunia-Islam-Abad-Ke19-Dan-20 yang diakses tanggal 8 januari 2011



[1]               Yusran Asmuni. “Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia Islam”, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. 1998. Hal 12.

[2]               Muhammad Al-Bahy. “Pemikiran Islam Modern”.  Jakarta : Pustaka Panjimas. 1986 hal. 97.

[3]               Harun Nasution. “Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan”. Jakarta : PT. Bulan Bintang. 1996  hal 93.
[4]               http://www.scribd.com/doc/11578352/Dunia-Islam-Abad-Ke19-Dan-20 yang diakses tanggal 8 januari 2011

2 komentar: