- Pendahuluan
Islam
sebagaimana dijumapi dalam sejarah, ternyata tidak sesempit seperti yang
dipahami oleh masyarakat Islam sendiri pada umumnya. Dalam sejarah terlihat
bahwa Islam yang bersumber kepada al-Qur’an dan as-Sunnah dapat berhubungan
dengan pertumbuhan masyarakat luas. Dari persentuhan tersebut lahirlah berbagai
disiplin ilmu keislaman, salah satunya adalah tasawuf.
“Kajian tasawuf adalah merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari kajian Islam di Indonesia. Sejak masuknya Islam di Indonesia
telah tampak unsur tasawuf mewarnai kehidupan keagamaan masyarakat, bahkan
hingga saat ini pun nuansa tasawuf masih kelihatan menjadi bagian yang tak
terpisahkan dari pengalaman keagamaan sebagian kaum Muslimin di Indonesia,
terbukti dengan semakin maraknya kajian Islam bidang ini dan juga melalui
gerakan tarekat Muktabaran yang masih berpengaruh di masyarakat”[1].
- Pengertian
Tasawuf
“Tasawuf (Tasawwuf) atau Sufisme (bahasa Arab: تصوف ,
) adalah ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihan
akhlaq, membangun dhahir dan batin,
untuk memporoleh kebahagian yang abadi”[2].
Ada beberapa sumber perihal etimologi
dari kata "Sufi". Pandangan yang umum adalah kata itu berasal dari
Suf (صوف), bahasa Arab untuk wol, merujuk
kepada jubah sederhana yang dikenakan oleh para asetik Muslim. Namun tidak
semua Sufi mengenakan jubah atau pakaian dari wol. Teori etimologis yang lain
menyatakan bahwa akar kata dari Sufi adalah Safa (صفا),
yang berarti kemurnian. Hal ini menaruh penekanan pada Sufisme pada kemurnian
hati dan jiwa. Teori lain mengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata Yunani
theosofie artinya ilmu ketuhanan.
Yang lain menyarankan bahwa etimologi
dari Sufi berasal dari "Ashab al-Suffa" ("Sahabat Beranda") atau "Ahl
al-Suffa" ("Orang orang beranda"), yang mana dalah sekelompok
muslim pada waktu Nabi Muhammad SAW yang menghabiskan waktu
mereka di beranda masjid Nabi, mendedikasikan waktunya untuk berdoa.
- Tasawuf
Amali
Tasawuf ‘Amali adalah tasawuf yang membahas tentang
bagaimana cara mendekatkan diri kepada Allah. Terdapat beberapa istilah
praktis dalam Tasawuf ‘Amali, yakni syari’at, Thariqat, dan Ma’rifat.
Tasawuf amali lebih menekankan pembinaan moral dalam upaya
mendekatkan diri kepada Tuhan. Untuk mencapai hubungan yang dekat dengan Tuhan,
seseorang harus mentaati dan melaksanakan syariat atau ketentuan ketentuan
agama. Ketaatan pada ketentuan agama harus diikuti dengan amalan amalan lahir
maupun batin yang disebut tariqah. Dalam amalan-amalan lahir batin itu orang
akan mengalami tahap demi tahap perkembangan ruhani. Ketaatan pada syari’ah dan
amalan-amalan lahir-batin akan mengantarkan seseorang pada kebenaran hakiki
(haqiqah) sebagai inti syariat dan akhir tariqah. Kemampuan orang mengetahui haqiqah
akan mengantarkan pada ma’rifah, yakni mengetahui dan merasakan kedekatan
dengan Tuhan melalui qalb. Pengalaman ini begitu jelas, sehingga jiwanya merasa
satu dengan yang diketahuinya itu.
- Tasawuf
Falsafi
Tasawuf Falsafi adalah sebuah konsep ajaran tasawuf yang
mengenal Tuhan (ma’rifat) dengan pendekatan rasio (filsafat) hingga menuju
ketinggkat yang lebih tinggi, bukan hanya mengenal Tuhan saja (ma’rifatullah)
melainkan yang lebih tinggi dari itu yaitu wihdatul wujud (kesatuan wujud).
Bisa juga dikatakan tasawuf filsafi yakni tasawuf yang kaya dengan
pemikiran-pemikiran filsafat.
Di dalam tasawuf falsafi metode pendekatannya sangat berbeda
dengan tasawuf sunni atau tasawuf salafi. kalau tasawuf sunni dan salafi lebih
menonjol kepada segi praktis (يلمعا ), sedangkan tasawuf falsafi menonjol
kepada segi teoritis (رطنا ) sehingga dalam konsep-konsep tasawuf falsafi
lebih mengedepankan asas rasio dengan pendektan-pendekatan filosofis yang ini
sulit diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari khususnya bagi orang awam,
bahkan bisa dikatakan mustahil.
Dari adanya aliran tasawuf falsafi ini menurut saya
sehingga muncullah ambiguitas-ambiguitas dalam pemahaman tentang asal mula
tasawuf itu sendiri. kemudian muncul bebrapa teori yang mengungkapkan asal mula
adanya ajaran tasawuf. Pertama; tasawuf itu murni dari Islam bukan dari
pengaruh dari non- Islam. Kedua; tasawuf itu adalah kombinasi dari ajaran Islam
dengan non-Islam seperti Nasrani, Hidu-Budha, filsafat Barat (gnotisisme).
Ketiga; bahwa tasawuf itu bukan dari ajaran Islam atau pun yang lainnya
melainkan independent.
Teori pertama yang mengatakan bahwa tasawuf itu murni
dari Islam dengan berlandaskan QS. Qaf ayat 16 yang artinya “Telah Kami
ciptakan manusia dan Kami tahuapa yang dibisikkan dirinya kepadanya. Dan Kami
lebih dekat dengan manusia daripada pembuluh darah yang ada dilehernya”. Ayat
ini bukan hanya sebagai bukti atau dasar bahwa tasawuf itu murni dari Islam
meliankan salah satu ajaran yang utama dalam tasawuf yaitu wihdatul wujud.
Kemudian kami juga mengutip pendapat salah satu tokoh tasawuf yang terkenal
yaitu Abu Qasim Junnaid Al-Baqdady, menurutnya “yang mungki menjadi ahli
tasawuf ialah orang yang mengetahui seluruh kandungan al-qur’an dan sunnah”.
Jadi menurut ahli sufi, setiap gerak-gerik tasawuf baik ‘ilmy dan ‘amaly
haruslah bersumber dari al- qur’an dan sunnah. Maka jelas bahwa tasawuf adalah
murni dari Islam yang tidak di syari’atkan oleh nabi akan tetapi beliau juga
mempraktikkannya. Buktinya sejak zaman beliau (nabi
Muhammada-red) juga ada kelompok yang mengasingkan diri dari dunia, sehingga
untuk menjaga kekhusuan mereka beliau memberi mereka tempat kepada mereka di
belakang muruh nabi. Meskipun istilah tasawuf itu belum ada tapi dapat di
sinyalir bahwa munculnya ajaran-ajaran seperti itu (zuhud/ warok, mendekatkan
diri pada Allah-red) sudah ada sejak zaman Islam mulai ada, dan nabi sendiri
sejatinya adalah seorang sufi yang sejati.
- Asal
Usul Tasawuf
Banyak pendapat pro dan
kontra mengenai asal-usul ajaran tasawuf, apakah ia berasal dari luar atau dari
dalam agama Islam sendiri.
Sebagian pendapat
mengatakan bahwa paham tasawuf merupakam paham yang sudah berkembang sebelum Nabi
Muhammad menjadi Rasulullah
Dan orang-orang Islam baru di daerah Irak dan Iran (sekitar abad 8 Masehi) yang
sebelumnya merupakan orang-orang yang memeluk agama non Islam atau menganut
paham-paham tertentu. Meski sudah masuk Islam, hidupnya tetap memelihara
kesahajaan dan menjauhkan diri dari kemewahan dan kesenangan keduniaan. Hal ini
didorong oleh kesungguhannya untuk mengamalkan ajarannya, yaitu dalam
hidupannya sangat berendah-rendah diri dan berhina-hina diri terhadap Tuhan. Mereka selalu mengenakan pakaian yang
pada waktu itu termasuk pakaian yang sangat sederhana, yaitu pakaian dari kulit
domba yang masih berbulu, sampai akhirnya dikenal sebagai semacam tanda bagi
penganut-penganut paham tersebut.
“Itulah sebabnya maka pahamnya kemudian disebut paham sufi, sufisme atau paham tasawuf,
dan orangnya disebut Orang Sufi”[3].
Sebagian pendapat lagi
mengatakan bahwa asal-usul ajaran tasawuf berasal dari zaman Nabi Muhammad. Berasal dari kata “beranda”
(suffa), dan pelakunya disebut dengan ahl al-suffa, seperti telah disebutkan di
atas. Mereka dianggap sebagai penanam benih paham tasawuf yang berasal dari
pengetahuan Nabi Muhammad SAW.
- Tujuan
Tasawuf
Tujuan
utanma orang menempuh jalan tasawuf adalah keinginan kuat untuk merasa dekat
dengan Allah swt. (taqarub) sehingga Allah dirasakan hadir di dalam dirinya.
Hal ini didorong oleh sebuah hadist yang berbunyI : Dan hambaku terus –
menerus bertaqarub (mendekat) kepadaku dengan perbuatan – perbuatan baik
sehingga aku mencintainya, Barang siapa yang Aku cintai maka Aku akan menjadi pendengaran,
penglihatan, dan tangan baginya. (Harun, 1973 : 55)
Untuk
mencapai tujuan itu, ilmu tasawuf menawarkan cara-cara dan metode yang dapat
dan harus ditempuh oleh seseorang yang menempuh jalan tasawuf, yang disebut
dengan salik. Metode tersebut dilalui dengan cara membersihkan diri
dengan menjauhkan diri dari akhlak – akhlak tercela (takhalli). Dilakukn dengan
melakukan tawbah , kemudian dilanjutkan dengan menempuh fase-fase ketasawufan
yang disebut dengan maqam-maqam (maqamat) dan ahwal sampai mencapai ma’rifat.
- Hubungan
Filsafat Dengan Tasawuf
Ilmu tasawuf yang berkembang di dunia Islam
tidak dapat dinafikan dari sumbangan pemikiran kefilsafatan. Ini dapat dilihat,
misalnya, dalam kajian-kajian tasawuf yang berbicara tentang jiwa. Secara
jujur, harus diakui bahwa terminologi jiwa dan roh banyak dikaji dalam
pemikiran-pemikiran filsafat. Sederetan intelektual muslim ternama juga banyak
mengkaji tentang jiwa dan roph, di antaranya adalah Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu
Sina, dan Al-Ghazali.
Kajian-kajian mereka tentang jiwa dalam pendekatan
kefilsafatan memberikan sumbangan yang sangat berharga bagis
kesempurnaan kajian tasawuf dalam dunia Islam. Pemahaman tentang jiwa dan roh
pun menjadi hal yang esensial dalam tasawuf. Kajian-kajian kefilsafatan tentang
jiwa dan roh kemudian banyak dikembangkan dalam tasawuf. Akan tetapi, perlu
juga dicatat bahwa istilah yang lebih banyak dikembangkan dalam tasawuf adalah
istilah qalb(hati). Istilah qalb memang lebih
spesifik dikembangkan dalam tasawuf, tetapi tidak berarti bahwa istilah qalb tidak
berpengaruh dengan roh dan jiwa.
Menurut sebagian ahli tasawuf, an-nafs (jiwa)
adalah roh setelah bersatu dengan jasad. Penyatuan roh dengan jasad melahirkan
pengaruh yang ditimbulkan oleh jasad terhadap roh. Pengaruh-pengaruh ini
akhirnya memunculkan kebutuhan-kebutuhn jasad yang dibangun roh. Jika jasad
tidak memiliki tuntutan-tuntutan yang tidak sehat dan di situ tidak terdapat
kerja pengekangan nafsu, sedangkan kalbu (qalb, hati) tetap sehat,
tuntutan-tuntutan jiwa terus berkembang, sedangkan jasad menjadi binasa karena
melayani jiwa.
- Kesimpulan
Tasawuf (Tasawwuf) atau Sufisme (bahasa Arab: تصوف ,
) adalah ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihan akhlaq, membangun dhahir
dan batin, untuk memporoleh kebahagian yang abadi.
Kajian
tasawuf adalah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kajian Islam di
Indonesia. Sejak masuknya Islam di Indonesia telah tampak unsur tasawuf
mewarnai kehidupan keagamaan masyarakat, bahkan hingga saat ini pun nuansa
tasawuf masih kelihatan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari pengalaman
keagamaan sebagian kaum Muslimin di Indonesia, terbukti dengan semakin maraknya
kajian Islam bidang ini dan juga melalui gerakan tarekat Muktabaran yang masih
berpengaruh di masyarakat.
Ilmu tasawuf yang berkembang di dunia Islam tidak dapat
dinafikan dari sumbangan pemikiran kefilsafatan. Ini dapat dilihat, misalnya,
dalam kajian-kajian tasawuf yang berbicara tentang jiwa. Secara jujur, harus
diakui bahwa terminologi jiwa dan roh banyak dikaji dalam pemikiran-pemikiran
filsafat. Sederetan intelektual muslim ternama juga banyak mengkaji tentang
jiwa dan roph, di antaranya adalah Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina, dan
Al-Ghazali.
- Daftar Pustaka
- Karim Abdul Malik,
1952. “Perkembangan Tasawuf dari abad kea bad”, Jakarta: Grafindo
Persada.
- Abu Zahra, Imam Muhammad. 1996. “Aliran Politik
dan ‘Aqidah dalam Islam”. Jakarta: Logos.
- Ibrahim, Muhammad Zaki. 1989.
Tasawwuf Salafi. Bandung: Hikmah.
- Nata, Abuddin. 1997. ”Akhlak
Tasawuf”. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
- Soleh,
Khudori. 2004. “Filsafat Islam”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar