Oleh: Irvanuddin
Disampaikan Dalam Kegiatan Perkuliahan Mata Kuliah "Manajemen Pendidikan Islam"
Tanggal 29 April 2012, Universitas Al-Washliyah Medan
A.
Pendahuluan
1.
Latar
Belakang Masalah
Dalam pandangan ajaran Islam,
segala sesuatu harus dilakukan secara rapi, benar, tertib, dan teratur.
“Proses-prosesnya harus diikuti dengan baik. Sesuatu tidak boleh dilakukan
secara asal-asalan”[1].
Mulai dari urusan terkecil seperti mengatur urusan rumah tangga sampai dengan
urusan terbesar seperti mengatur urusan sebuah Negara, semua itu diperlukan
pengaturan yang baik, tepat dan terarah dalam bingkai sebuah manajemen agar
tujuan yang hendak dicapai bisa diraih dan bisa selesai secara efisien dan
efektif.
Ilmu manajemen sebetulnya sama
usianya dengan kehidupan manusia, mengapa demikian karena pada dasarnya manusia
dalam kehidupan sehari-harinya tidak bisa terlepas dari prinsip-prinsip
manajemen, baik langsung maupun tidak langsung.
2.
Rumusan
Dan Batasan Masalah
Sekarang timbul suatu pertanyaan,
“siapa sajakah yang sebenarnya memakai manajemen” apakah hanya digunakan di
perusahaan saja atau apakah di pemerintahan saja. Manajemen diperlukan dalam
segala bidang. Bentuk dan organisasi serta tipe kegiatan. Dimana orang-orang
saling bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.
Tak dapat disangkal lagi bahwa
manajemen adalah hal penting yang menyentuh, mempengaruhi hampir seluruh aspek
kehidupan manusia. Manajemen menunjukan cara-cara yang lebih efektif dan
efisien dalam pelaksanaan suatu kegiatan. Manajemen adalah Seni dan Ilmu
tentang perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan.
Adapun batasan masalah dalam
makalah ini antara lain:
Ø Makalah
ini membahas tentang pengertian manajemen menurut islam.
Ø Selanjutnya
membahas tentang sarana, fungsi dan urgensi manajemen dalam islam.
3.
Tujuan
Penulisan
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini antara lain, yaitu:
Ø Ingin mengetahui lebih banyak mengenai Manajemen dalam islam.
Ø Ingin menambah wawasan khazanah keilmuan tentang perangkat-prangkat
manajemen dalam islam.
Ø Untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah “Manajemen Pendidikan
Islam”.
B.
Pembahasan
1. Pengertian Manajemen Dalam Islam
Dari segi bahasa manajemen berasal
dari bahasa Inggris yang merupakan terjemahan langsung dari kata management
yang berarti pengelolaan, ketata laksanaan, atau tata pimpinan. Sementara dalam
kamus Inggris Indonesia karangan John M. Echols dan Hasan Shadily (1995 : 372)
management berasal dari akar kata to manage yang berarti
mengurus, mengatur, melaksanakan, mengelola, dan memperlakukan.
“Ramayulis menyatakan
bahwa pengertian yang sama dengan hakikat manajemen adalah al-tadbir (pengaturan)”[2].
Kata ini merupakan derivasi dari kata dabbara (mengatur) yang
banyak terdapat dalam Al Qur’an seperti firman Allah SWT :
يُدَبِّرُ
اْلأَمْرَ مِنَ السَّمَآءِ إِلَى اْلأَرْضِ ثُمَّ يَعْرُجُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ
كَانَ مِقْدَارُهُ أَلْفَ سَنَةِ مِّمَّا تَعُدُّونَ
Arinya : Dia mengatur urusan dari
langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadanya dalam satu hari
yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu (Al Sajdah : 05).
Dari isi kandungan ayat di atas
dapatlah diketahui bahwa Allah swt adalah pengatur alam (manager). Keteraturan
alam raya ini merupakan bukti kebesaran Allah swt dalam mengelola alam ini.
Namun, karena manusia yang diciptakan Allah SWT telah dijadikan sebagai
khalifah di bumi, maka dia harus mengatur dan mengelola bumi dengan
sebaik-baiknya sebagaimana Allah mengatur alam raya ini. “Sementara manajemen
menurut istilah adalah proses mengkordinasikan aktifitas-aktifitas kerja
sehingga dapat selesai secara efesien dan efektif dengan dan melalui orang
lain”[3].
“Sondang P Siagian mengartikan
manajemen sebagai kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh suatu hasil dalam
rangka mencapai tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain”[4].
Manajemen menjadi sangat penting artinya dari segala aspek kehidupan.
Karena itu manajemen menjadi icon yang urgen baik secara individual maupun
secara kelompok. Para ilmuan bermacam-macam dalam mendefinisikan manajemen
walaupun esensinya bermuara pada satu titik temu.
Pengertian manajemen yang paling sederhana “adalah seni memperoleh
hasil melalui berbagai kegiatan yang dilakukan oleh orang lain.”
Menurut John D Millet, “manajemen ialah suatu proses pengarahan
& pemberian fasilitas kerja kepada orang-orang yang telah diorganisasi dalam kelompok-kelompok formal yang
mencapai tujuan yang diharapkan”[5].
”James F. Stoner, berpendapat bahwa “manajemen merupakan proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan para anggota dan
sumber daya lainnya untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan”[6].
Menurut George R. Terry bahwa “manajemen adalah pencapaian tujuan
yang ditetapkan terlebih dahulu dengan mempergunakan orang lain”[7].
Dari beberapa definisi tersebut bisa dipetakan kepada tiga hal, yaitu:
Pertama, manajemen sebagai ilmu pengetahuan, untuk itu manajemen
memerlukan ilmu pengetahuan.
Kedua, manajemen sebagai seni dimana manajer harus memiliki seni atau
keterampilan dalam memanaje.
Ketiga, manajemen sebagai profesi, bahwa manajer yang profesiaonal yang
bisa memanej secara efektif dan efesien.
Dalam konteks Islam manajemen disebut juga dengan (سياسة- إدارة – تدبير) yang bersal dari lafadz (ساس –
أدار – دبر).
Menurut S. Mahmud Al-Hawary manajemen (Al-Idarah) ialah:
االإدارة هي معرفة إلى أين تذهب
ومعرفة المشاكل التي تجنبها ومعرفة القوي والعوامل التي تنعرض لها معرفة كيفي
التصرف لك ولبا خرتك والطاقم الباحرة وبكفاءة وبدون ضياع في مرحلة الذهاب إلى هناك
Artinya: manajemen adalah mengetahui kemana yang dituju, kesukaran apa
yang harus dihindari, kekuatan-kekuatan apa yang dijalankan, dan bagaimana
mengemudikan kapal anda serta anggota dengan sebaik-baiknya tanpa pemborosan
waktu dalam proses mengerjakannya.
Dari ta’rif di atas memberi gambaran bahwa manajemen merupakan
kegiatan, proses dan prosedur tertentu untuk mencapai tujuan akhir secara
maksimal dengan bekerja sama sesuai jobnya masing-masing. Maka kebersamaan dan
tujuan akhirlah yang menjadi fokus utama.
2. Sarana Manajemen Dalam Islam
Untuk mencapai tujuan manajemen tidak hanya terfokus kepada
manusia sebagai manajer dan anggota pelaksana lain sebagaimana definisi manajemen. Namun disamping
itu juga memerlukan sarana-sarana yang lain yang erat hubungannya dengan
pencapaian tujuan.
Sehingga sarana-sarana manajemen menjadi kesatuan yang tidak
terpisahkan antara satu sarana dengan sarana lainnya.
Adapun sarana-sarana itu meliputi: “Man, Money, Material, Methods
dan Markets”[8].
Kesemuanya itu disebut sumber daya.” Dari lima sarana tersebut atau disebut
dengan 5 M saling terkait. Hal ini menunjukkan betapa urgennya adanya 5 M
tersebut bisa berjalan secara integral.
Man (manusia) sebagai sumber daya utama yang mengatur dan
menggerakkan segala aktifitas. Money (uang) merupakan sarana yang selalu
mengiringi segala aktifitas seseorang. Material (materi) atau bahan-bahan
merupakan sarana manajemen yang bisa merespons terhadap perkembangan zaman.
Methods, (metode) sebagai sarana manajemen dalam upaya efesiensi dan tepat guna
dalam pencapaian tujuan. Dan yang terakhir Markets (pasar) bagaiamana hasil
dari organisasi tersebut benar-benar bermanfaat dan dibutuhkan oleh masyarakat.
3. Fungsi Manajemen Dalam Islam
Manajemen memiliki beberapa fungsi
yang terkait dengan pencapaian tujuan. Para ilmuan memiliki beragam pendapat
tentang fungsi-fungsi manajemen atau juga disebut dengan unsur-unsur manajemen.
Menurut Louis A. Allen dalam
bukunya Management and Organization menegemukakan tentang element of Management
terdiri dari; “Planning, (perencanaan), Organization (pengorganisasian),
Coordination (Koordinasi), Motivating (motivasi), Controling (pengawasan) atau
disingkat dengan POCMC. Kemudian menurut George R. Terry “Planning, Organizing,
Actuating, Controling, atau disingkat dengan POAC. Sedangkan menurut James A.F.
Stoner bahwa fungsi manajemen meliputi, “Planning, Organizing, Leading,
Controling” atau disingkat dengan POLC. Dari beberapa unsur/ fungsi manajemen
akan mengantarkan kepada tujuan yang diharapkan oleh suatu institusi/
organisasi tertentu.
Dalam konteks Islam manajemen
memiliki unsur-unsur yang tidak jauh berbeda dengan konsep manajemen secara
umum. Hal ini telah tertuang dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits sebagai falsafah
hidup umat Islam. Unsur-unsur tersebut diantaranya:
Pertama (التخطيط) atau
Planning; yaitu perencanaan/ gambaran dari sesuatu kegiatan yang akan datang
dengan waktu, metode tertentu. Sebagaimana Nabi telah bersabda:
إن الله يحب إذا عمل أحدكم العمل أن
يتقنه
Artinya: Sesungguhnya Allah sangat
mencintai orang yang jika melakukan sesuatu pekerjaan, dilakukan secara itqan
(tepat, tearah, jelas, tuntas. (HR. Thabrani).
Dalam Al-Qur’an Allah berfirman:
فإذافرغت فانصب وإلى ربك فارغب
Artinya: Maka apabila kamu telah
selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang
lain. Dan hanya kepada Tuhanlah hendaknya kamu berharap. (Al-Insyirah; 7-8)
Setiap apa yang diperbuat oleh
manusia maka ia harus mempertanggung jawabkannya. Agama mengajarkan umatnya
untuk membuaat perencanaan yang matang dan itqan, karena setiap pekerjaan akan
menimbulkan sebab akibat. Adanya perencanaan yang baik akan menimbulkan hasil
yang baik juga sehingga akan disenangi oleh Allah. Tentunya penilaian yang
paling utama hanya penilaian yang datangnya dari Allah SWT.
Kedua, (التنظيم) atau
Organization; merupakan wadah tetang fungsi setiap orang , hubungan kerja baik
secara vertikal atau horizontal. Dalam surat Ali Imran Allah berfirman:
واعتصموابحبل الله جميعا
ولاتفرقواواذكروا نعمت الله عليكم إذكنتم أعداء
Artinya: Dan berpeganglah kamu
semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan
ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah)
bermusuh-musuhan (Ali Imran; 103)
Ayat di atas menunjukkan bahwa
organisasi merupakan kumpulan orang-orang yang bisa diorganisir dengan baik.
Maka hendaknya bersatu-padulah dalam bekerja dan memegang kometmen untuk
menggapai cita-cita dalam satu payung organisasi dimaksud.
Allah berfirman:
Allah berfirman:
لايكلف الله نفسا إلا
وسعهالهاماكسبت وعليها مااكتسبت
Artinya: Allah tidak membebani
seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari
kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang
dikerjakannya. (Al-Baqarah; 286)
ِKinerja bersama dalam organisasi
disesuai dengan kemampuan yang dimiliki olah masing-masing individu. Menyatukan
langkah yang berbeda-beda tersebut perlu ketelatenan mengorganisir sehingga
bisa berkompetitif dalam berkarya. Disamping ayat di atas, Sayyidina Ali bin
Abi Thalibmembuat statemen yang terkenal yaitu:
الحق بلا نظام يغلبه الباطل بنظام
Artinya: Kebenaran yang tidak
terorganisasi dengan rapi, dapat dikalahkan oleh kebatilan yang diorganisasi
dengan baik.
Statemen Sayyidina Ali merupakan
pernyataan yang realistis untuk dijadikan rujukan umat Islam. Hancurnya suatu
institusi yang terjadi saat ini karena belum berjalanannya ranah organisasi
dengan menggunakan manajemen yang benar secara maksimal.
Ketiga, (التنسيق) atau
Coordination, upaya untuk mencapai hasil yang baik dengan seimbang, termasuk
diantara langkah-langkah bersama untuk mengaplikasikan planning dengan
mengharapkan tujuan yang diidamkan. Allah berfirman:
يأيهاالذين أمنواادخلوا فى السلم
كافة ولا تتبعوا خطوات الشيطان إنه لكم عدو مبين
Artinya; Hai orang-orang yang
beriman, masuklah kamu kedalam Islam keseluruhannya, dan janganlah kamu turuti
langkah-langkah setan, karena setan itu musuhmu yang nyata. (Al-Baqarah; 208)
Apabila manusia ingin mendapat
predikat iman maka secara totalitas harus melebur dengan peraturan Islam. Iman
bila diumpamakan dengan manusia yang ideal dan Islam sebagai planning dan
aturan-aturan yang mengikat bagi manusia, maka tercapainya tujuan yang mulia,
memerlukan adanya kordinasi yang baik dan efektif sehingga akan mencapai kepada
tujuan ideal. Cobaan dan kendala merupakan keniscayaan, namun dengan manusia
tenggelam dalam lautan Islam (kedamaian, kerjasama dan hal-hal baik lainnya)
akan terlepas dari kendala-kendala yang siap mengancam.
Keempat, (الرقابة) atau
Controling , pengamatan dan penelitian terhadap jalannya planning. Dalam
pandangan Islam menjadi syarat mutlak bagi pimpinan untuk lebih baik dari
anggotanya, sehingga kontrol yang ia lakukan akan efektif. Allah berfirman:
يأيهاالذين أمنوالم تقولون
مالاتفعلون
Artinya; Wahai orang-orang yang
beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (Q.S.
Ash-Shoff; 1)
Dalam surat At-Tahrim Allah
berfirman:
يأيهاالذين أمنواقواانفسكم وأهليكم
نارا
Artinya: Hai orang-orang yang
beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka. (Q.S. At. Tahrim;
6)
Menjaga keselamatan dan kesuksesan
institusi merupakan tugas utama manajer, baik organisasi keluarga maupun
organisasi secara universal. Bagaimana manajer bisa mengontrol orang lain
sementara dirinya masih belum terkontrol. Dengan demikian seorang manajer orang
terbaik dan harus mengontrol seluruh anggotanya dengan baik.
Dalam ayat yang lain Allah
menjelaskan bahwa kontrol yang utama ialah dari Allah SWT.
ألم تر أن الله يعلم مافى السموات
وما فى الأرض
Artinya: Tidaklah kamu perhatikan
bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di
bumi (Al-Mujadalah; 7)
Dalam konteks ayat ini sebenarnya
sangat cukup sebagai konsep kontrol yang sangat efektif untuk diaplikasikan.
Memahami dan membumikan konteks ayat ini menjadi hal yang sangat urgen. Para
pelaksana institusi akan melaksanakan tugasnya dengan konsisten sesuai dengan
sesuatu yang diembannya, bahkan lebih-lebih meningkatkan spirit lagi karena
mereka menganggap bahwa setiap tugas pertanggung jawaban yang paling utama
adalah kepada Sang Khaliq yang mengetahui segala yang diperbuat oleh
makhluk-Nya.
Kelima, (ترغيب) atau
Motivation, menggerakan kinerja semaksimal mungkin dengan hati sukarela.
Masalah yang berhubungan dengan motivasi Allah telah berfirman:
وأن ليس للإنسان إلا ما سعى
Artinya: Dan bahwasanya mausia
tiada memperoleh selain dari apa yang telah diusahakannya. (Q.S. An-Najm; 39)
Dalam ayat yang lain Allah
berfirman:
إن الله لايغير ما بقوم حتى يغيروا
ما بأنفسهم
Artinya: Sesungguhnya Allah tidak akan mengobah sesuatu kaum sehingga
mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (Q.S. Ar-Ra’du; 11)
Dari dua ayat tersebut di atas berimplikasi adanya motivasi untuk
selalu berusaha dan merobah keadaan. Dengan adanya usaha dan adanya upaya
merobah keadaan ke rarah yang lebih baik akan mengantarkan kepada tujuan dan
kesuksesan yang nyata.
Dalam sebuah kata hikmah disebutkan (من
جد وجد)
Artinya: Barang siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan
mendapatkan.
Disamping itu Allah berfirman:
أدعوني أستجب لكم
Artinya: Mintalah kamu semua
kepada-Ku pasti akan Aku kabulkan padamu.
Dalam ayat yang lain Allah SWT.,
juga berfirman yang ada kaitannnya dengan motivasi:
فمن يعمل مثقال ذرة خيرايره. ومن
يعمل مثقال ذرة شرايره
Artinya: Barangsiapa yang
mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.
Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia
akan melihat (balasan)nya pula. (Q.S. Az-Zalzalah; 7-8)
Dari uraian di atas merupakan
bentuk anjuran Islam bagi umat manusia untuk memiliki motivasi dalam menjalani
hidup. Dengan tingginya semangat dan motivasi sebagai modal awal dalam meraih
kehidupan yang lebih cerah dan terarah. Dengan demikian bahwa planning yang
menjadi acuan utama akan dengan mudah untuk bisa direalisasikan, karena dengan
berdasarkan agama, motivasi manusia tidak sekedar hanya tumenyelesaikan ntutan
duniawi saja, tetapi juga terhadap pertanggung jawaban ukhrawinya.
Keenam (الخلافة) atau disebut
Leading, mengatur, memimpin segala aktifitas kepada tujuan. Dalam Al-Qur’an dan
Al-Hadits banyak membahas tentang kepemimpinan. Diantaranya firman Allah SWT.,
dalam surat Al-An’am sebagai berikut;
وهوالذي جعلكم خلائف الأرض ورفع
بعضكم فوق بعض درجات ليبلوكم فى مااتاكم
Artinya: Dialah yang menetapkan
kamu menjadi penguasa di muka bumi, dan ditinggikan-Nya sebagaian kamu atas
sebagian yang lain beberapa derajat, sebagai cobaan bagimu tentang semua yang
diberikannya kepadamu. (Al-An’am; 165)
Selain dalam Al-Qur’an, Al-Hadits
juga banyak yan membahas tentang kepemimpinan, diantaranya:
كلكم راع وكلكم مسؤل عن رعيته
Artinya: Setiap kamu adalah
pemimpin dan setiap kamu akan diminta pertanggungjawaban mengenai orang yang
kamu pimpin. (HR. Muslim)
Dalam konsepi ajaran Islam bahwa
pemimpin tidak hanya terfokus kepada seseorang yang yang memimpin institusi
formal dan non formal. Tuntutan Islam lebih uiversal bahwa kepemimpinan itu
lebih spesifik lagi kepada setiap manusia yang hidup ia sebagai pemimpin, baik
memimpin dirinya maupun kelompoknya.
Dengan demikian kepemimpinan dalam
ajaran Islam dimulai dari setiap individu. Setiap orang harus bisa memimpin
dirinya dari taqarrub kepada Allah dan menjahui larangan-Nya. Apabila manusia
sudah bisa memeimpin dirinya, maka tidak mustahil bila ia akan lebih mudah
untuk memimpin orang lain. Disamping itu pertanggungjawaban pemimpin dalam
konteks Islam tidak serta merta hanya kepada sesama manusia, tetapi yang paling
utama adalah pertanggungjawaban kepada Khaliknya.
4. Urgensi Manajemen Dalam Islam
Pada dasarnya ajaran Islam yang
tertuang dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah juga ijma’ ulama banyak mengajarkan
tentang kehidupan yang serba terarah dan teratur. Dalam pelaksanaan shalat yang
menjadi icon paling sakral dalam Islam merupakan contoh konkrit adanya
manajemen yang mengarah kepada keteraturan. Puasa, haji dan amaliyah lainnya
merupakan pelaksanaan manajemen yang monomintal.
Teori dan konsep manajemen yang
digunakan saat ini sebenarnya bukan hal yang baru dalam perspektif Islam.
Manajemen itu telah ada paling tidak ketika Allah menciptakan alam beserta
isinya. Unsur-unsur manajemen dalam pembuatan alam serta makhluk-makhluknya
lainnya tidak terlepas dengan manajemen langit. Ketika Nabi Adam sebagai
khalifah memimpin alam raya ini telah melaksanakan unsur-unsur manajemen
tersebut.
Contoh kecil realisasi manajemen
seperti digambarkan oleh makhluk ciptaan Allah berupa semut. Dalam menjalankan
hidupnya semut termasuk diantara makhluk yang sangat solid dan berkomitmen
menjalani roda kehidupannya dengan menggunakan manajemen, tentunya versi semut.
Keteraturan dan komitmen semut dalam kinerjanya sangat solit dan penuh
kepatuhan.
Caryle P. Haskins, Ph.D., kepala Institut Carnegie di Washington menyatakan, “Setelah 60 tahun mengamati dan mengkaji, saya masih takjub melihat betapa canggihnya perilaku sosial semut. Semut merupakan model indah untuk kita gunakan dalam mempelajari akar perilaku hewan”[9].
Caryle P. Haskins, Ph.D., kepala Institut Carnegie di Washington menyatakan, “Setelah 60 tahun mengamati dan mengkaji, saya masih takjub melihat betapa canggihnya perilaku sosial semut. Semut merupakan model indah untuk kita gunakan dalam mempelajari akar perilaku hewan”[9].
Semut tunduk pada sistem kasta
secara ketat (kasta ratu dan jantan, prajurit, dan pekerja). ”Semut memiliki
sub kelompok, sub kelompok ini disebut budak, pencuri, pengasuh, pembangunan,
dan pengumpul. Setiap kelompok memiliki tugas sendiri. Sementara satu kelompok
berfokus sepenuhnya melawan musuh atau berburu, kelompok lain membangun sarang,
dan yang lain lagi memelihara sarang.
Apabila semut bisa melaksanakan
manajemen yang hebat, tentunya manusia yang berakal mestinya akan lebih mudah
untuk melaksanakan manajemen. Kalau sudah ada niat, dan niat itu benar-benar
dioptimalkan tentunya tidak ada yang sukar untuk mencapai keinginan. Dengan
demikian apabila manusia memiliki himmah yang kuat dan menyandarkan segala
perbuatannya hanya karena Allah SWT., insya Allah segala usaha manusia akan
tercapai dengan efektif dan efesien.
C.
Penutup
Dari segi bahasa manajemen berasal
dari bahasa Inggris yang merupakan terjemahan langsung dari kata management
yang berarti pengelolaan, ketata laksanaan, atau tata pimpinan. Sementara dalam
kamus Inggris Indonesia karangan John M. Echols dan Hasan Shadily (1995 : 372)
management berasal dari akar kata to manage yang berarti
mengurus, mengatur, melaksanakan, mengelola, dan memperlakukan.
“Sementara manajemen menurut
istilah adalah proses mengkordinasikan aktifitas-aktifitas kerja sehingga dapat
selesai secara efesien dan efektif dengan dan melalui orang lain.
Adapun sarana-sarana itu meliputi: “Man, Money, Material, Methods
dan Markets”. Kesemuanya itu disebut sumber daya.” Dari lima sarana tersebut
atau disebut dengan 5 M saling terkait. Hal ini menunjukkan betapa urgennya
adanya 5 M tersebut bisa berjalan secara integral.
Man (manusia) sebagai sumber daya utama yang mengatur dan
menggerakkan segala aktifitas. Money (uang) merupakan sarana yang selalu
mengiringi segala aktifitas seseorang. Material (materi) atau bahan-bahan
merupakan sarana manajemen yang bisa merespons terhadap perkembangan zaman.
Methods, (metode) sebagai sarana manajemen dalam upaya efesiensi dan tepat guna
dalam pencapaian tujuan. Dan yang terakhir Markets (pasar) bagaiamana hasil
dari organisasi tersebut benar-benar bermanfaat dan dibutuhkan oleh masyarakat.
”Menurut Louis A. Allen dalam
bukunya Management and Organization menegemukakan tentang element of Management
terdiri dari; “Planning, (perencanaan), Organization (pengorganisasian), Coordination
(Koordinasi), Motivating (motivasi), Controling (pengawasan) atau disingkat
dengan POCMC. Kemudian menurut George R. Terry “Planning, Organizing,
Actuating, Controling, atau disingkat dengan POAC. Sedangkan menurut James A.F.
Stoner bahwa fungsi manajemen meliputi, “Planning, Organizing, Leading,
Controling” atau disingkat dengan POLC. Dari beberapa unsur/ fungsi manajemen
akan mengantarkan kepada tujuan yang diharapkan oleh suatu institusi/
organisasi tertentu.
D.
Daftar Rujukan
Ø Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam,
Kalam Mulia, Jakarta, 2008.
Ø Robbin dan Coulter, Manajemen
(edisi kedelapan), PT Indeks, Jakarta, 2007.
Ø
Sondang
P Siagian, Filsafah Administrasi,
CV Masaagung, Jakarta, 1990.
Ø Bedjo Siswanto, “Manajemen Modern”, Bandung:
Sinar Baru, 1990.
Ø Lasa HS, “Manajemen Perpustakaan”, Yogyakarta:
Grama Media, 2005.
Ø M. Manulang, “Dasar-Dasar Manajemen”, Jakarta
Timur: Ghalia Indonesia, Cet., XIII, 1988.
Ø Jawahir Tanthowi, “Unsur-Unsur Manajemen Menurut
Ajaran Al-Qur’an”, Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1983.
Ø Ahmad Djalaluddin, “Manajemen Qur’ani; Menerjemah
Ibadah Ilahiyah dalam Kehidupan”, Malang: Malang Press, 2007.
[1]
Didin
Hafidudin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah dalam Praktik, Gema Insani, Jakarta, 2003, Hal 1
[2] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam,
Kalam Mulia, Jakarta, 2008, Hal 67
[3] Robbin dan Coulter, Manajemen (edisi
kedelapan), PT Indeks, Jakarta, 2007, Hal 35
[4] Sondang P Siagian, Filsafah Administrasi, CV Masaagung, Jakarta, 1990, Hal 56
[5] Bedjo
Siswanto, “Manajemen Modern”, Bandung: Sinar Baru, 1990, Hal 67
[6] Lasa HS,
“Manajemen Perpustakaan”, Yogyakarta: Grama Media, 2005, Hal 56
[7] M.
Manulang, “Dasar-Dasar Manajemen”, Jakarta Timur: Ghalia Indonesia,
Cet., XIII, 1988, Hal 48
[8] Jawahir
Tanthowi, “Unsur-Unsur Manajemen Menurut Ajaran Al-Qur’an”, Jakarta:
Pustaka Al-Husna, 1983, Hal 28
[9] Ahmad Djalaluddin, “Manajemen Qur’ani; Menerjemah Ibadah
Ilahiyah dalam Kehidupan”, Malang: Malang Press, 2007, Hal 76.